Beberapa waktu lalu setelah selesai tugas dinas di Surabaya seharian, saya berencana kembali pulang ke Sidoarjo. Seperti biasa, setelah habis dari Surabaya menuju Sidoarjo saya selalu naik taxi Uber. Biasanya, dari Surabaya ke tempat tujuan saya Sidoarjo, hanya memakan tarif sekitar Rp80.000.
Tapi alangkah kagetnya saya waktu itu, ketika saya sudah sampai tujuan dan melihat tarif Uber, saya bisa membayar sampai Rp215.500! Wah, kok bisa semahal ini ya? Akhirnya sopir Uber yang mengantarkan saya menjelaskan soal tarif tersebut.
Tarif Uber Surge Pricing |
Ternyata saya terkena 'surge pricing' atau biasanya disebut harga ramai 'petir' Uber. Surge pricing ini sebenarnya terlihat pada posisi pojok kanan atas di smartphone saat kita akan memesan Uber. Namun, karena waktu itu saya belum paham, jadi saya kurang memperhatikan gambar 'petir' di smartphone saya.
Surge pricing umumnya terjadi pada saat cuaca hujan, macet, dan pada saat jam2 sibuk Uber, sehingga orderan sedikit. Nah, disini pihak Uber menerapkan adanya surge pricing, dimana ketika anda terkena tarif 'petir' ini, anda akan dikenakan tarif dua kali lebih mahal.
Lalu, bagaimana solusinya jika anda terkena surge pricing? Anda memang tidak bisa menghindari adanya harga ramai, karena harga ramai ini memang kebijakan pihak Uber. Solusinya, kalau anda ingin menghemat biaya perjalanan, anda bisa menggunakan taxi konvensional.
Berdasarkan pengalaman saya, menggunakan taxi konvensional dibandingkan surge pricing Uber dengan jarak tempuh yang sama, ternyata tarif taxi konvensional memang masih lebih rendah. Jadi, ketika anda menemukan surge pricing dan anda tidak bersedia membayar harga extra, anda bisa mencoba menggunakan taxi konvensional.
0 komentar:
Posting Komentar